
Tak Ada yang Sempurna di Dunia Ini: Tinjauan Qur’ani dan Nabawi
Oleh: Bustomi Arisandi
Pendahuluan
Kesempurnaan sering kali menjadi impian dan pencarian manusia sepanjang hidupnya. Baik dalam hal pekerjaan, pasangan, keluarga, maupun keadaan hidup, manusia cenderung menginginkan sesuatu yang ideal tanpa cela. Namun, apakah mungkin menemukan kesempurnaan sejati di dunia ini?
Dalam perspektif Islam, dunia bukanlah tempat bagi kesempurnaan. Dunia diciptakan Allah bukan untuk menjadi tujuan akhir, melainkan sebagai ladang ujian dan tempat persinggahan sementara. Artikel ini akan mengurai dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad ﷺ yang menegaskan bahwa tak ada yang sempurna di dunia ini, serta menegaskan bahwa kesempurnaan hanya milik Allah dan kehidupan akhirat.
1. Dunia Diciptakan sebagai Tempat Ujian
Allah Subhanahu wa Ta’ala menegaskan bahwa hidup dan mati diciptakan bukan untuk bersenang-senang semata, tetapi untuk menguji siapa di antara manusia yang paling baik amalnya:
“الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ”
“Dia-lah yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kalian siapa di antara kalian yang paling baik amalnya.”
(QS. Al-Mulk: 2)
Karena dunia adalah tempat ujian, maka ia tentu tidak akan sempurna. Justru dalam keterbatasan, kekurangan, dan ujian-ujian hidup itulah nilai keimanan dan keikhlasan manusia diuji. Dunia bukan surga. Di sinilah tempat manusia belajar sabar, tawakal, dan ikhtiar.
2. Dunia Penuh Tipuan dan Sifatnya Sementara
Allah menggambarkan dunia sebagai kesenangan yang menipu. Meskipun terkadang tampak indah, dunia tidak bisa menjanjikan kebahagiaan sejati atau kepuasan abadi.
“وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَـٰعُ ٱلْغُرُورِ”
“Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
(QS. Ali Imran: 185)
Kalimat “mataa’ul ghurur” (kesenangan yang menipu) menunjukkan bahwa segala kenikmatan duniawi adalah fatamorgana — bisa membuat orang terlena dan lupa bahwa hakikat hidup ini hanyalah sementara. Kesempurnaan yang dikejar di dunia sering kali berujung kecewa karena ia tidak pernah benar-benar ada.
3. Kesempurnaan Hanya Milik Allah
Kesempurnaan tidak akan pernah ditemukan pada makhluk, sebab hanya Sang Pencipta yang benar-benar sempurna dalam segala sifat-Nya.
“اللَّهُ لَا إِلَـٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ لَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ”
“Allah, tidak ada Tuhan selain Dia. Dia memiliki nama-nama yang paling sempurna.”
(QS. Thaha: 8)
Dalam Asmaul Husna, Allah dikenal dengan nama-nama seperti Al-Kamil (Yang Maha Sempurna) dan Al-Ghaniyy (Yang Maha Kaya, tidak butuh apapun). Manusia dan segala sesuatu di dunia senantiasa bergantung pada-Nya, dan karena itu pasti memiliki keterbatasan dan kekurangan.
4. Dunia Tidak Lebih Bernilai dari Sayap Nyamuk
Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa dunia ini bukanlah sesuatu yang bernilai besar di sisi Allah. Bahkan jika dunia memiliki nilai sebanding dengan sayap seekor nyamuk, orang kafir tidak akan diberi sedikit pun bagian darinya.
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ:
“لَوْ كَانَتِ الدُّنْيَا تَعْدِلُ عِنْدَ اللَّهِ جَنَاحَ بَعُوضَةٍ، مَا سَقَى كَافِرًا مِنْهَا شَرْبَةَ مَاءٍ”
“Seandainya dunia ini sebanding dengan sayap seekor nyamuk di sisi Allah, niscaya Allah tidak akan memberi orang kafir seteguk air pun darinya.”
(HR. Tirmidzi no. 2320)
Hadis ini memberikan gambaran yang sangat jelas: dunia ini bukanlah sesuatu yang bernilai besar di sisi Allah, karena sifatnya yang fana dan penuh keterbatasan.
5. Manusia Diciptakan dalam Keletihan dan Keterbatasan
Allah juga mengungkapkan bahwa manusia hidup dalam kondisi yang melelahkan — perjuangan yang terus menerus sejak lahir hingga ajal:
“لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي كَبَدٍ”
“Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam kesulitan.”
(QS. Al-Balad: 4)
Kata kabad dalam bahasa Arab berarti kesulitan, kelelahan, perjuangan tanpa henti. Ini menggambarkan bahwa selama hidup di dunia, manusia tidak akan lepas dari masalah dan ujian. Maka wajar jika tidak ada yang sempurna: tidak ada pekerjaan sempurna, tidak ada keluarga sempurna, tidak ada kondisi hidup yang benar-benar ideal.
Penutup: Mengapa Penting Menyadari Hal Ini?
Meyakini bahwa dunia ini tak sempurna adalah bagian dari kedewasaan iman. Ia membuat manusia berhenti menggantungkan harapan berlebihan pada dunia, dan mulai menggantungkan hatinya hanya kepada Allah dan negeri akhirat.
Kesempurnaan yang sejati hanya akan ditemukan di surga, bukan di dunia. Di sanalah tidak ada air mata, tidak ada kecewa, tidak ada perpisahan, tidak ada penyakit, tidak ada keburukan — hanya kebahagiaan abadi bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa.
“سَلَامٌ قَوْلًا مِّن رَّبٍّ رَّحِيمٍ”
“Salam, sebagai ucapan dari Tuhan Yang Maha Penyayang.”
(QS. Yasin: 58)
Daftar Referensi:
- Al-Qur’an al-Karim, QS. Al-Mulk: 2
- QS. Ali Imran: 185
- QS. Thaha: 8
- QS. Al-Balad: 4
- HR. Tirmidzi no. 2320
- Tafsir Ibnu Katsir, al-Qurthubi, dan Jalalain
Leave a Reply