Keutamaan Puasa Tarwiyah dan Arafah

Pendahuluan

Bismillāhir-Raḥmānir-Raḥīm. Alhamdulillāh, segala puji bagi Allah yang telah menjadikan hari-hari tertentu lebih utama dari hari-hari lainnya, dan memberikan kesempatan luas bagi hamba-Nya untuk meraih ampunan serta rahmat melalui amalan shalih. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabat, dan siapa saja yang mengikuti petunjuk beliau hingga hari kiamat.

Makna dan Sejarah Hari Tarwiyah dan Arafah

Hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah) disebut demikian karena pada hari itulah para jamaah haji dahulu mengambil air (تروّى) untuk bekal perjalanan ke Arafah. Sementara itu, hari Arafah (9 Dzulhijjah) adalah hari di mana jamaah haji melakukan wukuf di padang Arafah, yang merupakan puncak dari pelaksanaan ibadah haji.

Keutamaan Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah)

Meskipun tidak ada hadits shahih yang secara khusus menyebutkan keutamaan puasa Tarwiyah, namun ulama salaf tetap menyunnahkan puasa pada hari ini karena termasuk dari 9 hari pertama bulan Dzulhijjah yang sangat utama.

Disebutkan dalam atsar:

> صِيَامُ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ كَفَّارَةُ سَنَةٍ، وَصِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ كَفَّارَةُ سَنَتَيْنِ

“Puasa pada hari Tarwiyah menjadi kafarah (penghapus dosa) satu tahun, dan puasa hari Arafah menjadi kafarah dua tahun.”

(Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib secara mauquf)

Imam an-Nawawi rahimahullāh berkata:

> “Disunnahkan berpuasa pada sembilan hari pertama Dzulhijjah, dan yang paling utama adalah hari kesembilan (Arafah). Adapun puasa hari Tarwiyah tidak makruh, bahkan disunnahkan menurut mayoritas ulama.”

(al-Majmū’, an-Nawawi)

Keutamaan Puasa Arafah (9 Dzulhijjah)

Puasa Arafah memiliki landasan hadits shahih dari Nabi ﷺ. Dalam hadits riwayat Muslim:

> صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ

“Puasa hari Arafah, aku berharap kepada Allah agar menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.”

(HR. Muslim, no. 1162)

Namun, bagi orang yang sedang melaksanakan wukuf di Arafah, disunnahkan untuk tidak berpuasa sebagaimana hadits Ummul Fadhl yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:

> فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ بِقَدَحِ لَبَنٍ فَشَرِبَهُ

“Ummul Fadhl mengirimkan semangkuk susu kepada Nabi ﷺ, lalu beliau meminumnya (pada saat wukuf).”

Penutup

Hari Tarwiyah dan Arafah adalah momentum istimewa untuk meraih ampunan Allah Ta’ala. Maka, seyogianya setiap Muslim yang tidak sedang berhaji untuk tidak melewatkan keutamaan ini. Puasa di dua hari ini, khususnya Arafah, merupakan amalan yang sangat dianjurkan oleh para ulama salaf dan menjadi sebab besar bagi penghapusan dosa.

> فَضْلُ يَوْمِ عَرَفَةَ يَشْمَلُ أَهْلَ الْمَوَاقِفِ وَغَيْرَهُمْ مِنْ أَهْلِ الْأَمْصَارِ

“Keutamaan hari Arafah mencakup mereka yang berada di Arafah maupun yang tinggal di negeri-negeri lain.”

(Ibnu Rajab, Lathaif al-Ma’arif)

Semoga Allah memberi taufik untuk bisa menghidupkan hari-hari tersebut dengan ibadah terbaik dan menerima seluruh amal kita. Āmīn.

Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *