Author: Bustomi Arisandi

  • Dunia tidak sempurna


    Tak Ada yang Sempurna di Dunia Ini: Tinjauan Qur’ani dan Nabawi

    Oleh: Bustomi Arisandi

    Pendahuluan

    Kesempurnaan sering kali menjadi impian dan pencarian manusia sepanjang hidupnya. Baik dalam hal pekerjaan, pasangan, keluarga, maupun keadaan hidup, manusia cenderung menginginkan sesuatu yang ideal tanpa cela. Namun, apakah mungkin menemukan kesempurnaan sejati di dunia ini?

    Dalam perspektif Islam, dunia bukanlah tempat bagi kesempurnaan. Dunia diciptakan Allah bukan untuk menjadi tujuan akhir, melainkan sebagai ladang ujian dan tempat persinggahan sementara. Artikel ini akan mengurai dalil-dalil dari Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad ﷺ yang menegaskan bahwa tak ada yang sempurna di dunia ini, serta menegaskan bahwa kesempurnaan hanya milik Allah dan kehidupan akhirat.

    (more…)
  • Istighotsah merupakan andalan para santri

    Istighotsah merupakan andalan para santri dalam meminta sesuatu kepada Allah termasuk keberkahan dalam hidup. Dalam khazanah kepesantrenan, istighotsah merupakan bagian dari inti ajaran pesantren, karena istighotsah merupakan sarana mengetuk pintu langit untuk memohon dan meminta apapun dari Allah termasuk keberkahan di dalam hidup serta kebahagiaan yang selalu tercurah dari Allah.

    Dalam ajaran para santri, kebahagiaan itu adalah sesuatu yang abstrak namun bisa dipinta dan diusahakan dengan doa, kebahagiaan itu bukanlah karena usaha tapi karena hati yang bisa menerima terhadap apa yang diberikan Allah, karena itu untuk mendapatkan kebahagiaan kunci utamanya adalah pemberian dari Allah. Sedikit atau banyak bukan masalah, yang penting ketika Allah memberikan hati yang menerima terhadap pemberiannya dan bisa menganggap cukup terhadap apa yang diperolehnya maka kebahagiaan akan selalu dirasakannya.

    Istighotsah juga bisa menjadi sarana untuk meminta kekayaan dari Allah, yang dengan kekayaan itu kita bisa berbuat lebih banyak di dalam membantu sesama manusia serta memperbanyak ibadah dengan cara sedekah dan lainnya. Meminta kekayaan bukan untuk kepuasan diri atau kesombongan, tetapi untuk memperkuat sarana di dalam mendulang pahala, karena orang kaya yang baik akan lebih mudah masuk surga daripada orang miskin yang baik.

    (more…)
  • Makna Idul Adha bagi umat Islam

    Idul Adha, yang juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, merupakan salah satu hari besar dalam Islam yang sarat makna spiritual dan sosial. Hari raya ini diperingati setiap tanggal 10 Dzulhijjah, bertepatan dengan puncak ibadah haji di Makkah. Idul Adha mengenang kisah ketaatan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam yang rela mengorbankan putranya, Ismail, atas perintah Allah. Namun, atas kasih sayang-Nya, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba sebagai bentuk penghargaan atas keikhlasan dan ketundukan mereka.

    Makna utama dari Idul Adha adalah pengorbanan dan ketaatan mutlak kepada Allah. Umat Islam diajak untuk merefleksikan keikhlasan dalam beribadah dan menundukkan hawa nafsu demi keridhaan-Nya. Penyembelihan hewan kurban bukan semata-mata ritual, melainkan simbol pengorbanan terhadap hal-hal duniawi demi nilai-nilai ketuhanan.

    Selain aspek spiritual, Idul Adha juga menegaskan makna solidaritas sosial. Daging kurban dibagikan kepada fakir miskin dan masyarakat sekitar, menciptakan rasa kebersamaan dan kepedulian antar sesama. Inilah bukti bahwa ajaran Islam tidak hanya menekankan ibadah personal, tetapi juga hubungan sosial yang harmonis.

    Dengan demikian, Idul Adha mengajarkan umat Islam untuk meneladani semangat Nabi Ibrahim dalam berkorban, memperkuat keimanan, serta menumbuhkan kepedulian terhadap sesama dalam bingkai tauhid dan keadilan sosial.

  • Keutamaan Puasa Tarwiyah dan Arafah

    Pendahuluan

    Bismillāhir-Raḥmānir-Raḥīm. Alhamdulillāh, segala puji bagi Allah yang telah menjadikan hari-hari tertentu lebih utama dari hari-hari lainnya, dan memberikan kesempatan luas bagi hamba-Nya untuk meraih ampunan serta rahmat melalui amalan shalih. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad ﷺ, keluarga beliau, para sahabat, dan siapa saja yang mengikuti petunjuk beliau hingga hari kiamat.

    Makna dan Sejarah Hari Tarwiyah dan Arafah

    Hari Tarwiyah (8 Dzulhijjah) disebut demikian karena pada hari itulah para jamaah haji dahulu mengambil air (تروّى) untuk bekal perjalanan ke Arafah. Sementara itu, hari Arafah (9 Dzulhijjah) adalah hari di mana jamaah haji melakukan wukuf di padang Arafah, yang merupakan puncak dari pelaksanaan ibadah haji.

    Keutamaan Puasa Tarwiyah (8 Dzulhijjah)

    (more…)